Sejarah Peradaban Islam "Dinasti Mongoliyah"



1.      Kelahiran Kerajaan Mongoliyah Di India
Asal mula bangsa Mongol ialah dari masyarakat hutan yang mendiami Siberia dan Mongol Luar di sekitar Danau Baikal. Sebenarnya mereka bukanlah suku nomad yang berpindah- berpindah, walaupun mereka menaklukan banyak stepa dengan ketangkasannya menunggang kuda. Pemimpin pertama bangsa Mongol adalah Yesugey.[1] Jenghis Khan  juga mengatur kehidupan beragama dengan tidak boleh merugikan antara satu pemeluk agama dengan lainnya, dan membebaskan pajak bagi keluarga nabi muhammad SAW. Para penghafal Al-Quran, ulama, tabib, dan muadzin.[2]
Kerajaan Mughol di India didirikan pada tahun 1526 oleh Zahirudin Babur (1482-1530 M). Kerajaan ini di sebut juga sebagai Kerajaan Timur yang Agung. Zahirudin Babur adalah keturunan dari Timur Lenk dan Jenghis Khan, sehingga tidak mengherankan jika ia mewarisi watak dan perangai seperti kedua tokoh itu. Babur mewarisi daerah Ferghana dari orangtuanya ketika ia masih berusia 11 tahun. Ia berambisi untuk menaklukan Samarkand yang menjadi kota penting di Asia Tengah pada masa itu. Pada mulanya, ia mengalami kekalahan, tetapi karena mendapat bantuan dari Raja Syafawi, Ismail I, akhirnya ia berhasil menaklukan Samarkand tahun 1494 M.[3]Pada tahun 1504 M ia pun dapat berhasil mendudukiKabul, ibu kota Afghanistan.Setelah Kabul berhasil ditaklukkan,  Babur punmeneruskan ekspansinya ke India.  Ketika itu, Ibrahim Lodi,penguasa India dilanda krisis, sehingga stabilitaspemerintahan menjadi kacau, karena Alam Khan, paman dar Ibrahim Lodi, bersama-sama Daulat Khan Gubernur Lahore,mengirim utusan ke Kabul meminta bantuan Babur untukmenjatuhkan pemerintahan Ibrahim di Delhi.Setelah Kabul berhasil ditaklukkan,  Babur pun meneruskan ekspansinya ke India.  Ketika itu, Ibrahim Lodi,penguasa India dilanda krisis, sehingga stabilitaspemerintahan menjadi kacau, karena Alam Khan, paman dariIbrahim Lodi, bersama-sama Daulat Khan Gubernur Lahore,mengirim utusan ke Kabul meminta bantuan Babur untukmenjatuhkan pemerintahan Ibrahim di Delhi. Permintaan itu diterima Babur dan pada tahun 1525M, ia memipin tentaranya menuju Punyab dan berhasilmenaklukkannya dengan ibu kotanya Lahore. KemudianBabur melanjutkan ekspansinya menuju Delhi. Pada tanggal21 April 1526 M terjadilah pertempuran yang dahsyat diPanipat. Ibrahim bersama ribuan tentaranya terbunuh dalampertempuran tersebut. Babur memasuki kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahan Mughal di sana.Dengan demikian berdirilah Daulah Mughal di India.
Pada tahun 1530 M Babur meninggaldunia dalam usia 48 tahun setelah memerintah selama 30 tahun dengan meninggalkan kejayaan-kejayaan yang palingcemerlang dalam Daulah Mughal untuk Sultan berikutnya. Pemerintahannya kemudian dilanjutkan oleh anaknya Humayun.[4] Hamayun berkuasa selama 9 tahun, ia tidak sehebat ayahnya. Dalam kepemimpinannya ia banyak menghadapi masalah-masalah yang membuatnya tidak sempat mengembangkan Daulah Mughal.
Pada tahun 1540 M terjadi pemberontakan yangdipimpin oleh Sher Khan Shah di Kanauj. Dalam pertempuranini Humayun mengalami kekalahan dan terpaksa melarikandiri ke Kandahar dan selanjutnya diteruskannya ke Persia. DiPersia ia menyusun kembali tentaranya, setelah mendapatbantuan dari Sultan ke-2 Daulah Persia Tahmasp, dia menyerangkembali musuh-musuhnya dan dapat mengalahkan musuhnyaSher Khan Shah, setelah hampir 15 tahun berkelanameninggalkan Delhi. Bangsa Afghan berduka cita atasmeninggalnya Sher Khan Shah karena mereka kehilangan pimpinan yang tangguh.
Dengan meninggalnya Sher Khan Shah, pada tahun1555 M ia dapat kembali ke India dan menduduki tahta padaDaulah Mughal yang ditinggalkannya, setahun setelah itu, iapun wafat (1556 M) karena terjatuh dari tanggaperpustakaannya, Din Panah,dan digantikan anaknyaAkbar I yang masih berusia 14 tahun.[5]

2.      Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Sebelum munculnya kerajaan mughal, pendidikan hanya dilakukan secara perseorangan. Namun, setelah munculkerajaan mughal, pendidikan mendapat perhatian yang besar dari sultan. Kerajaan mughal sangat mendorong pendidikan rakyatnya. Raja sering menghadiahkantanah dan uang pada masjid-masjid, takiah-takiah kepada para wali dan ulama, serta menetapkan bahwa setiap masjid harus memiliki sekolah rendah.
          Para Ahli sejarah pada zaman itu banyak pengarang kitab-kitab yang tinggi nilainya sebagai sumber sejarah untuk dijadikan bahan penelitian para ilmuwan sekarang. Banyak terjemahan dari bahasa India ke bahasa Persia yang dikerjakan dengan bantuan dari Raja-raja Mughal. Seperti menerjemahkan  buku Ram Charitmanas (Ramayana) dan buku Mahabharata yang dilakukan pada masa Sultan Akbar. Akbar pulalah yang menyuruh menerjemahkan kitab Injil dan kitab Upanishad ke dalam bahasa Persia.Itulah sebabnya Keneth Morgan menilai bahwa sejaj-sejak persia di bawah mughal telah mencapai tingkat kesempurnaan yang tinggi.[6]



3.      Kemunduran dan Keruntuhan Kerajaan Mongoliyah di India
Ada pun faktor yang mendorong kemunduran dan kehancuran kerajaan mughal:
1)        Munculnya Perebutan Kekuasaan Pada Periode Sultan yang Lemah Dan Serakah.Masalah perebutan kekuasaan bukanlah hal baru. Penguasa kerajaan mughal sesudah Aurangzeb pada umumnya tergolong raja-raja yang lemah yang tidak sanggup menghadapi kenyataan dan tidak mampu mengatasi kesulitan.
2)        Kebijakan represif Aurangzeb yang berimplikasi terhadap kemunculan gerakan pemberontakan, karena golongan hindu tidak diberi kesempatan untuk turut mengambil bagian dalam pemerintahan.
3)        Konflik agama, tidak lama datanglah ajaran baru yang dibawa sidarta gautama,ajarannya dikenal dengan nama buddha.
4)        Saling berebut pengaruh dalam kegiatan perdagangan, kerajaan mughal banyak kerusuhan dan pemberontakan yang memerlukan biaya besar untuk memadamkan pemberontakan, akibatnya pendapatan berkurang, sementara biaya keperluan kerajaan semakin membengkak.[7]


[1]Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab,( Jakarta: Logos. 1997),hlm.127
[2]Ali Mufrodi, Ibid, hlm. 128
[3]Ading Kusdiana, Sejarah Dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan,(Bandung: CV Pustaka Setia. 2013),hlm.229.

[4]Syamsiruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, (Pekanbaru : Yayasan Pusaka Riau, 2010), hlm. 314-315
[5]Ibid, Hlm. 317
[6]Ading Kusdiana. Ibid. Hlm.242-243.
[7] Ading Kusdiana. Ibid. Hlm.252-260.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tujuan dan Urgensi belajar Ushul Fiqh

Resume Buku Sejarah Peradaban Islam Karya Drs. Samsul Munir Amin, M.A.